Forest and Society Research Group (FSRG) berkolaborasi dengan beberapa lembaga kemahasiswaan dan NGO seperti Sekolah Rakyat Petani Payo-payo, Tim Layanan Kehutanan Masyarakat (TLKM), Balla Konservasi, Badan Eksekutif Keluarga Mahasiswa Kehutanan Sylva Indonesia Universitas Hasanuddin (BE-Kemahut SI Unhas), UKM Belantara Kreatif Universitas Hasanuddin, dan UKM Pandu Alam Lingkungan Universitas Hasanuddin menyelenggarakan FStival Volume 1 2023 yang mengusung tema “Ruang: Melihat Sains Lebih Dekat”, dengan harapan, kegiatan ini berperan sebagai usaha pengkomunikasian hasil riset Forest and Society Research Group dan jurnal yang telah diterbitkan oleh Forest and Society kepada semua kalangan masyarakat di Sulawesi Selatan.
FStival Volume 1 2023 terdiri dari pelbagai sesi dalam dua hari pelaksanaan yang berlangsung dari hari Sabtu dan Minggu tanggal 20-21 Mei 2023 bertempat di Gedung Ipteks Unhas yang turut diramaikan oleh mahasiswa dari berbagai jurusan. Tidak hanya dari kalangan akademisi dan mahasiswa, FStival juga mengundang 23 lembaga dari pelbagai pegiat organisasi sipil diantaranya NGO dan para kolektif seniman diantaranya Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI), Flora dan Fauna Internasional, Katakerja, Kampung Buku Ininnawa, Konsorsium Pembangunan Agraria (KPA) Sulawesi Selatan, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, Rumata’ Artspace, SIKU Ruang Terpadu, Yayasan Hutan Biru (Blue Forest), dan Yayasan Aku Rimba Indonesia (YARI), Kedai Buku Jenny, Katakerja, dan Riwanua.
Pembukaan FStival Volume 1 2023 diawali oleh pemaparan Prof. Dr. Muhammad Alif K. Sahide., S.Hut., M.Si. selaku ketua FSRG yang memperkenalkan Forest and Society Research Group serta tujuan diadakan FStival ini. Dilanjut oleh Dekan Fakultas Kehutanan Unhas mengungkapkan kekagumannya pada FSRG yang bisa semakin tumbuh dan bermanfaat tidak hanya untuk kepentingan kampus, tetapi juga untuk semua kalangan masyarakat. Sebagai sambutan terakhir, dalam kesempatan ini wakil rektor bidang riset inovasi dan kerjasama Prof. Dr. Ir. Eng. Adi Maulana, S.T., MPhil., beliau juga berharap kegiatan-kegiatan seperti ini akan berlanjut dari tahun ke tahun agar dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan sistem publikasi hasil penelitian. Sebagai penutup beliau diberi amanah untuk membuka acara FStival Volume 1 2023.
Memasuki sesi pertama para peneliti FSRG memaparkan hasil-hasil penelitiannya. Sesi ini bertujuan untuk membahas topik penelitian secara ringkas dan menarik, yang mencakup: Kajian Peluang Implementasi Kebijakan Program Jangka Benah Sawit (JBS) dalam Kawasan Hutan dan Maros Youth Learning Center (MYLC), program dari Sekolah Rakyat Petani (SRP) Payo-payo, yang disampaikan oleh Karno B. Batiran, pada topik Jangka Benah Sawit beliau menjelaskan persoalan tentang JBS masih kurang diketahui oleh masyarakat yang memiliki kebun di sekitar kawasan hutan karena kurangnya pemahaman dari stakeholder, sedangkan pembahasan tentang Maros Youth Learning beliau menyebutkan bahwa program MYLC diperuntukkan untuk anak muda yang mempunyai minat untuk mengebangkan pertanian berkelanjutan dan mengasah keterampilan anak muda mempunyai usaha pedesaan berbasis pertanian, Kaitan Pemuda dan Migrasi dengan Perubahan Agraria oleh Nurhady Sirimorok, Penilaian Kompetensi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Tanah Papua oleh Muhammad Alif K.S., Pengelolaan konflik Tenurial di Hutan Pendidikan Unhas oleh Nasri, Ketimpangan gender dalam perhutanan sosial oleh Vika Faradiba, Pangkalan Data Desa/Sistem Informasi Desa (SID) oleh Akhmad Ahksan (Accang), Penilaian Kebijakan Pembangunan Embung di Sulawesi Selatan oleh Andi Khalid.
Kemudian sesi kedua yaitu masyarakat menanggapi artikel ilmiah yang bertujuan untuk memperlihatkan bahwa artikel ilmiah sejatinya sangat dekat dengan keseharian penanggap. Artikel ilmiah dari Forest and Society ini ditanggapi oleh panelis dari pelbagai kalangan masyarakat yang sebagian panelisnya tidak akrab dengan tema yang dibahas. Hari pertama membahas tentang topik Perhutanan Sosial dipandu oleh Nurhayati sebagai Moderator, Muchlas Dermawan dari TLKM dan Rais dari SIKU Ruang Terpadu sebagai penanggap terkait jurnal yang telah dibaca, dari pembicaraan itu muncul pembahasan mengenai program perhutanan sosial yang seharusnya menyetarakan peran gender dalam pengelolaan hutan serta akses masyarakat yang tidak diberi hak adil dalam memanfaatkan hutan. Memasuki sesi ketiga paparan mengenai Perdagangan Satwa dan Taman Nasional, Eko Yuwono dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Sulawesi Agung Dewantara dari Balla Konservasi, dan Halia Asriyani dari Yayasan BakTi sebagai penanggap, mereka membicarakan tentang perdagangan dan perburuan satwa yang semakin meluas, penetapan kawasan harus sesuai dengan ciri khas setiap kawasan, berhubungan dengan itu Agung menyatakan bahwa “saat ini akses pemberian pemahaman terhadap masyarakat mengenai kebijakan dan fungsi kawasan masih sangat kurang”.
Hari kedua FStival diskusi masyarakat menanggapi jurnal masih berlangsung, kegiatan ini dimulai pukul 10:30 WITA. Diskusi ini diikuti sekitar 70 orang peserta dan didominasi dari Mahasiswa, NGO serta sebagian kecilnya dari masyarakat umum yang ikut berpartisipasi dalam diskusi ini. Memasuki sesi pertama Nathanael Sarakan sebagai moderator, bersama Harnita Rahman dari Kedai Buku Jenny dan Mega Haruna dari Perpustakaan Komunitas Katakerja sebagai penanggap dengan tema diskusi Masyarakat adat dan pengelolaan hutan. Dari Jurnal yang telah dibaca Harnita sebagai pembicara pertama menyampaikan bahwa isinya sangat menarik perhatiannya karena secara detail menjelaskan tentang masalah pada hutan adat yang ada di Indonesia dimana peran pemerintah negara nyaris tidak ada yang berpihak kepada masyarakat adat, sehingga mereka berharap adanya perubahan sedangkan Mega Haruna berpendapat bahwa masyarakat adat mempunyai pengetahuan lokal tertentu sehingga ketika pihak swasta berusaha mengambil lahan, kultur mereka pun tergeserkan hingga pada akhirnya mereka berinisiasi membentuk gerakan sosial untuk melawan pihak swasta. Penjelasan ini memunculkan pertanyaan dari beberapa forum, salah satu pertanyaan yang menarik disampaikan oleh Abbas (Pemuda yang berasal dari Maros) dia mengatakan bahwa “Mengapa ada semacam ketindasan di masyarakat adat, kemudian di satu sisi saya menganggap bahwa ketertinggalannya karena semisal mereka asketik, lantas pengetahuan seperti apa yang harus dikonsumsi?, pertanyaan itu memunculkan beberapa pandangan dari panelis maupun dari forum bahwa Isu masyarakat adat jarang tersampaikan ke khalayak umum, pandangan tata ruang yang ada pada masyarakat adat dengan tata ruang modern yang dianut oleh orang kota berbeda. Sesi ini diakhiri oleh pernyataan Rahma sebagai anggota forum menegaskan “Masyarakat adat tidak tertinggal dari segi pengetahuan hanya mereka berpegang teguh terhadap pengetahuan dan pedoman yang kuat kepada leluhur mereka, namun pola pikir tersebut juga dapat berubah dengan adanya perubahan lingkungan hidup disekitarnya”.
Memasuki sesi kedua dialog interaktif yang membahas dari karya ilmiah ke karya seni memperlihatkan kedekatan artikel ilmiah dalam keseharian pekerja seni, penanggap pada sesi ini yaitu Rachmat Mustamin dari Rumata’ ArtSpace dan Aan Mansyur dari KataKerja. Eni sebagai Moderator mengawali pertanyaan bagaimana peran sebuah karya ilmiah terhadap karya seni?, menanggapi hal itu kedua pembicara saling bertukar pengalaman bahwa dari segi peran karya ilmiah terbilang sangat berperan sebagai pijakan yang menawarkan banyak ide untuk membuat karya. Rachmat Mustamin menambahkan bahwa “Saat riset pengembangan cerita harus didiskusikan dengan orang yang berlatar belakang berbeda termasuk peneliti dan ilmuwan. Karya ilmiah juga memberikan bubble words yang banyak, bukan hanya kata benda tapi kata sifat juga”, Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Aan Mansyur yang mempertegas bahwa “Karya ilmiah sebagai pijakan, menulis puisi tidak semata karena ingin memainkan kata-kata yang indah”.
FStival Volume 1 2023 diakhiri dengan hiburan dari band Selatan dan Kapal Udara, kedua band ini mempunyai hubungan dengan tema kegiatan karena syair dari lagu yang diciptakan punya keterkaitan dan pandangan kritis terhadap fenomena-fenomena sosial dan lingkungan. Kegiatan ini juga ikut diramaikan dari berbagai tenant UMKM, seperti Dialektika Bookshop, Jamur Kampung Rimba, Kedai Kopi Cherry dan Produk usaha dampingan kelompok tani TLKM. Kegiatan ini juga bekerjasama dengan rekam media untuk ikut mensukseskan lewat publikasi media seperti readtimes.id, Mongabay, bollo.id, identitas Unhas, dan International Forestry Students Association Local Committee (IFSA) LC Unhas sebagai rekan komunitas dalam kegiatan ini.